Menulis Menurut Para Ahli

 Menulis

Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2018: 3). Tarigan (dalam Dalman, 2018: 4) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.

Menurut Chaedar Alwasih (dalam Eko Nurdiyanti dan Edy Suryanto, 2010: 119) menulis dapat digunakan sebagai alat untuk mempertajam dan memperhalus pikiran. Dalam konsep literasi, menulis merupakan proses berulang yang dilakukan penulis untuk merevisi ide-idenya, mengulangi tahapan-tahapan menulis, hingga mampu mencurahkan ide dan gagasan tersebut dalam sebuah bentuk tulisan yang sesuai dengan gagasan atau ide yang dikembangkannya (Abidin Yunus,dkk, 2018: 206). Tarigan (2008: 3) menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang–lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak langsung. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu (Tarigan, 2008: 22-23). Keterampilan menulis merupakan keterampilan kebahasaan yang menggabungkan keterampilan mendengarkan/ menyimak, membaca, dan berbicara. Keterampilan menulis hampir sama dengan berbicara, yaitu kemampuan reproduktif gagasan tulis. Kemampuan membuat kalimat yang efektif akan terlatih bila selalu menulis. Seperti halnya berbicara, keterampilan berbicara akan terlatih bila selalu berlatih berbicara yang komunikatif. Keterampilan produktif dapat efektif bila banyak mereseptif bacaan maka membaca dan menulis dan berbicara sangat berhubungan. Penulis yang baik tentu saja pembaca yang baik (Mudzanatun, 2017: 86).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh seseorang dengan mengaplikasikannya menjadi lambang-lambang dan gambar-gambar yang dapat dibaca oleh orang lain untuk diketahui maknanya.

Keterampilan berbahasa itu mencakup empat komponen. Keempat komponen itu adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen itu saling memiliki keterkaitan, yaitu hubungan menulis dengan membaca, hubungan menulis dengan menyimak, dan hubungan menulis dan berbicara (Dalman, 2018: 8).

a.       Hubungan menulis dengan membaca

Membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis. Seseorang akan mampu menulis setelah membaca karya orang lain atau secara tidak langsung akan membaca karangannya sendiri. Ketika seseorang membaca karangan orang lain ia akan berperan juga seperti penulis, ia akan menemukan topik dan tujuan, gagasan, serta mengorganisasikan bacaan dari karangan yang dibaca (Suparno dan Yunus dalam Dalman, 2018: 10).

b.      Hubungan menulis dengan menyimak

Dalam menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal tersebut dapat diperolehnya dari berbagai sumber, antara lain: sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan, dan sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, dan diskusi. Jika melalui sumber tercetak, informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak informasi tersebut diperoleh dengan cara menyimak. Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi penyajian dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang berguna untuk aktivitas menulisnya, dari berbagai sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi, dan obrolan (Suparno dan Yunus dalam Dalman, 2018:10-11).

c.       Hubungan menulis dan berbicara

Menulis dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat langsung.

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25) merangkumkannya sebagai berikut:

a.       Assignment Purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

b.      Altruistic Purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.

c.       Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d.      Informational Purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

e.       Self-expressive (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f.       Creative Purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g.      Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.
 
 Daftar Pustaka

Abidin Yunus, Tita Mulyati dan Hana Yunansah. 2018. Pembelajaran Literasi. Cetakan ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.
Dalman.  2018. Keterampilan Menulis. Cetakan ke-6.  Depok: PT RajaGrafindo Persada.
Guntur Tarigan, Henry. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Edisi Revisi. Bandung : Percetakan Angkasa
Mudzanatun. 2017. Penyiapan Pendidik Abad 21 Melalui Budaya Literasi. MALIH PEDDAS. 7: 86. Diakses pada tanggal 31 Juli 2019.
Nurdiyanti, Eko dan Edy Suryanto. 2010. Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. PAEDAGOGIA. 13: 119. Diakses pada tanggal 09 Oktober 2018.
 
Baca Juga :
 
 
 

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penggunaan Delicious, Yummy, Dan Tasty Dalam Kalimat Bahasa Inggris

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL)

Pengertian Seni Aliran Dekoratif