MODEL PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED DAN STUDENT CENTERED

MODEL PEMBELAJARAN TEACHER CENTERED DAN STUDENT CENTERED

a)      Teacher Center

1.      Model Komando atau Banking Learning Concept

Sejauh ini model-model pembelajaran yang bersifat teacher center terlihat pada model pembelajaran model komando atau banking learning concept. Pembelajaran model ini selalu betolak belakang antara posisi guru dan peserta didik, yakni jika guru ceramah siswa mendengarkan dengan tekun, guru bertanya siswa menjawab, guru mengerti siswa tidak tahu apa-apa, guru mendiktekan teks siswa mencatat, guru pandai siswa bodoh, guru sebagai subjek siswa sebagai objek, guru membuat program belajar siswa menerima program, dan seterusnya. Model komando ini diterapkan sekitar tahun 1960-an. Dalam proses pembelajaran model komando, biasanya guru mempersiapkan bahan untuk diterapkan pada siswa. Jadi model komando tidak melibatkan siswa dalam bentuk menyepakati kontrak belajar. 

b) Student Center

1.      Independent / Individual

Independent atau Individual adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas individual peserta didik. Pada saat ini, pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran organisasi, tetapi pembelajaran organisasi tidak akan terjadi tanpa pembelajaran individu (Garvin, 2000; Kim, 1993).

Tujuan individual learning bagi para peserta didik adalah agar mereka secara mandiri dapat mengatur tujuan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yang ingin dicapai, melacak kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Manfaat sistem pembelajaran Independent ini mampu memenuhi kepentingan peserta didik secara individual.

Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat langkah penting dalam pelaksanaan individual learning , yaitu:

1). Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment.

2). Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin dapat memudahkan

    (memfasilitasi) pembelajaran.

3. Merencanakan pembelajaran.

4. Memulai pembelajaran yang mengatur data harian.

5. Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh peserta didik dan

    fasilitator atau guru.

2.      Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran dengan penekanan pada pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melalui pembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka dapat bekerja sama dalam memaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun peserta didik lainnya secara lebih efektif. Cooperative learning mempunyai tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki kemampuan berfikir secara global, meningkatkan hubungan antarkelompok, dan meningkatkan gairah belajar. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran cooperative learning adalah peningkatan rasa kepercayaan diri, peningkatan rasa menghargai keberadaan orang lain, peningkatan rasa untuk saling memberikan dan menerima pengetahuan diantara peserta, dan peningkatan kesadaran perlunya kemampuan dalam bekerjasama (Team work).

Prinsip pembelajaran cooperative adalah terjadi komunikasi antar peserta didik, tanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya, saling menghargai antar peserta didik, dan setiap peserta mempunyai peran yang sama dalam menyelesaikan masalah.

Di dalam metode cooperative learning bisa digunakan metode diskusi. Karena diskusi adalah proses pengajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah, menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Apabila diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, maka pengajaran dapat terjadi secara langsung dan bersifat student centered (berpusat pada siswa). Dikatakan pengajaran langsung, oleh sebab guru menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus dan keberhasilan pengajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa oleh sebab sebagian besar input pengajaran berasal dari siswa, mereka secara aktif akan meningkatkan belajar mereka, serta mereka dapat menentukan hasil diskusi mereka.

3.      Collaborative Learning

Collaborative learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yang berdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukan secara berkelompok. Collaborative learning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran kooperatif dan kompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak diarahkan hanya pada satu kesepakatan tertentu.

Collaborative learning mempunyai tujuan untuk memperluas perspektif atau wacana peserta didik, mengelola perbedaan dan konflik karena proses berpikir divergen, membangun kerjasama, toleransi, belajar menghargai pendapat orang lain, dan belajar mengemukakan pendapat. Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran colaborative learning adalahmengembangkan daya nalar berdasarkan pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki dan sharing pengetahuan/pengalaman dari teman kelompoknya, memupuk rasa tenggang rasa, empati, simpati dan menghargai pendapat orang lain, menambah pengetahuan secara kolektif, dan mendapatkan tambahan pengetahuan untuk dirinya sendiri.

4.      Active Learning

            Active learning mengacu pada teknik di mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanya mendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasuk menemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Active learning bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristika pribadi yang mereka miliki. Di samping itu active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Manfaat active learning adalah untuk memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan pengajar.

Prosedur pelaksanaan active learning adalah :

a. Penentuan kebutuhan untuk pembelajaran dan peserta didik

b. Menyusun hasil pembelajaran (secara umum)

c. Menetapkan tujuan pembelajaran

d. Merancang aktifitas pembelajaran

e. Rangkaian aktifitas pembelajaran

f. Mengawali rencana secara terperinci

g. Meninjau kembali rancangan secara rinci

h. Mengevaluasi hasil keseluruhan.

 

5.      Self Directed Learning

            Self-directed learning (SDL) adalah cara pembelajaran di mana peserta didik mengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL peserta didik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajaran dan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai cara pembelajaran yang bebas dipilih sendiri.

Tujuan dari pembelajaran dengan cara SDL ialah untuk pengembangan tanggung jawab dan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalam menentukan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Metode SDL akan bermanfaat menghasilkan kompetensi yang lebih baik, dan karena peserta didik sendiri yang menentukan kompetensi yang diinginkan maka kompetensi yang diperoleh juga lebih berguna bagi peserta didik.

Bentuk kegiatannya ialah setiap peserta didik harus mempunyai logbook yang dipakai untuk mengatur pembelajarannya. Peserta didik mempelajari dan mengetahui berbagai tugas, hak, kewajiban mereka serta berbagai pengetahuan dasar yang perlu dimilikinya. Institusi memberi peluang kepada peserta didik untuk melakukan pengaturan belajar mandiri (self-regulated learning) yang meliputi: membuat rencana pembelajaran, monitoring setiap kegiatan belajar dan melakukan evaluasi belajar secara tertulis dalam logbook.

6.      Reseach Based Learning

            Research-based learning (RBL) adalah merupakan salah satu metode (SCL) yang mengintegrasikan penelitian di dalam proses pembelajaran. RBL memberi peluang/kesempatan kepada peserta didik untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing”. (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997; Thomas, Mergendoller, & Michaelson,1999, Thomas, 2000).

            RBL bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada aktivitas analisis, sintesis, dan evaluasi serta meningkatkan kemampuan peserta didik dan guru dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan. Dengan RBL maka peserta didik dapat memperoleh berbagai manfaat dalam konteks pengembangan metakognisi dan pencapaian kompetensi yang dapat dipetik selama menjalani proses pembelajaran

7.      Case Based Learning

            Case-based learning (CBL) adalah pembelajaran berbasis kasus. Peserta didik disediakan kasus yang merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yang sesungguhnya. CBL bertujuan untuk (a) melatih peserta didik belajar secara kontekstual,

(b) mengintegrasikan prior knowledge dengan permasalahan yang ada di dalam kasus dalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara professional, dan (c) mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepat atau rasional (evidence-based).

CBL bermanfaat agar (a) guru menyiapkan dan menyediakan pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sebagaimana tertera di dalam rencana program kegiatan pembelajaran semester (RPKPS), (b) bersama-sama peserta didik membahas kasus yang disajikan. Peserta didik terlatih dan kemudian terbiasa untuk berpikir secara kritis ketika mengaktifkan dan menggunakan prior knowledge mereka yang dirangsang oleh kasus yang sedang dibahas bersama.

8.      Problem Based Learning dengan Metde Seven Jumps

            Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metoda pembelajaran di mana peserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student-centered. PBL bertujuan mengembangkan. knowledge  (materi dasar dan komunitas selalu dalam konteks), skills hard-soft-life skills ( berpikir secara ilmiah), critical appraisal (terampil dalam mencari informasi, terampil dalam belajar secara aktif & mandiri, dan belajar sepanjang hayat), attitudes (nilai kerjasama, etika, ketrampilan antarpersonal, menghargai nilai psikososial). PBL bermanfaat untuk peserta didik memiliki kecakapan dan sikap yang

Positif, antara lain : kerjasama dalam kelompok, kerjasama anatar peserta didik di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok, mendengarkan pendapat kawan, mencatat hal-hal yang didiskusikan, menghargai pendapat/pandangan kawan, bersikap kritis terhadap literatur, belajar secara mandiri, mampu menggunakan sumber belajar secara efektif, dan ketrampilan presentasi. Secara keseluruhan, kecakapan dan sikap tadi merupakan modal utama dalam pembentukan lifelong learner.

·         Seven Jumps (7 langkah) pada PBL :

    L1: Menjelaskan istilah dan konsep

    L2: Menetapkan kata kunci dan masalah

    L3: Menganalisis masalah

    L4: Menghubungkan atau menarik kesimpulan

    L5: Merumuskan tujuan/sasaran pembelajaran

    L6: Mengumpulkan informasi

    L7: Mensintesis dan menguji informasi baru

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Penggunaan Delicious, Yummy, Dan Tasty Dalam Kalimat Bahasa Inggris

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) DAN TEACHER CENTERED LEARNING (TCL)

Pengertian Seni Aliran Dekoratif